Pernah juga Republika Memuja Pentolan Liberal Ahmad Wahib dan Artis Nike Ardila

Republika didirikan dengan mengumpulkan saham  dari Umat Islam, tahu-tahu kemudian menikam aqidah Islam dengan menyebaran racun virus sepilis (sekluerisme, pluralisme agama, dan liberalisme) bahkan syiah.

Republika adalah koran harian yang didirikan dengan memunguti saham dari Umat Islam. Karena Umat Islam merasa prihatin, di negeri yang mayoritas penduduknya Muslim ini tidak punya koran tingkat nasional yang besar. Justru koran yang merajai negeri ini terbitan Katolik yaitu Kompas. Juga koran-koran lain yang sifatnya sekuler dan tak menghargai Islam. Bahkan tak jarang mereka menyajikan berita atau tuisan yang miring-miring terhadap Islam, menyudutkan, atau penjauhan dari Islam.

Atas kepihatinan yang merata itulah kemudian Republika didirikan atas saham yang dikumpulkan dari Umat Islam, dan kemudian Republika terbit perdana pada 4 Januari 1993.

Namun rupanya justru bagai senjata makan tuan. Yang digadang-gadang dan diharapkan untuk menumbuh suburkan Islam serta membela Islam dengan benar itu tahu-tahu menggunting dalam lipatan, menjajakan syubhat-syubhat yang berbahaya bagi aqidah/ keyakinan Islam.

Tidak tanggung tanggung, koran Republika ini seperti tidak punya malu, sampai tega-teganya memuja pentolan plurlisme agama yang telah dinyatakan murtad oleh MUI 1981, yaitu Ahmad Wahib yang buku catatan hariannya (Catatan Harian Ahmad Wahib) diterbitkan oleh lembaga yang dipimpin Dawam Rahardjo (belakangan dikenal sebagai pembela Aliran murtad, yakni Ahmdiyah, dan pembela Lia Eden yang menghalalkan daging babi). Buku Ahmad Wahib itu hasil suntingan Johan Efendi seorang pentolan yang tercatat sebagai anggota Ahmadiyah.   Buku itu menghebohkan karena isinya benar-benar liberal dan pluralisme agama, hingga menginginkan Nabi yang internasional. Jadi Nabi Muhammad seakan dianggap lokal belaka. Maka dianggap murtad lah manusia yang menulis itu (yakni Ahmad wahib) oleh MUI. Anehnya, setelah diangkat oleh Republika, maka diada-adakan pula oleh kelompok liberal, lomba resensi dengan hadiah cukup tinggi, dan konon yang menang mahasiswa dari Ushuluddin UIN Jakarta.

Umat Islam menghadapi para pengusik Islam dari golongan sepilis (sekulerisme, pluralisme agama, dan liberalisme).

Buku Bahaya Islam Liberal karya Hartono Ahmad jaiz yng terbit tahun 2002 mencatat:  Sebagian mereka yang terdaftar dalam Jaringan Islam Liberal, memang pendapat sebagian mereka itu membuat geger. Kadang membuat geger, dan memang pendapat yang menggegerkan itu adalah pendapat model orang Pluralis ataupun Islam Liberal. Tetapi sosok penulisnya ketika melontarkan gagasan yang menggegerkan kadang tidak ditampilkan.

Kasus itu di antaranya sudah dua kali terjadi di koran Republika. Hingga Republika didemo oleh tokoh-tokoh Islam dari KISDI, Dewan Dakwah, As-Syafi’iyah, Khairu Ummah, BKSPPI (Badan Kerjasama Pondok Pesantren se-Indonesia) dan lainnya.
Kasus pertama, kaum Pluralis atau kini menyebut dirinya Islam Liberal itu menampilkan pemikiran pluralisme dalam buku Catatan Harian Ahmad Wahib, lalu dimuat panjang lebar oleh Republika.

Kasus kedua, menampilkan artis Nike Ardila, yang mati karena mobilnya menabrak tembok, (sepulang dari diskotik Polo dini hari tanggal 19 Maret 1995) dimuat di Republika secara besar-besaran dan berhari-hari. Sampai-sampai di koran Republika yang sahamnya dari umat Islam itu ditulis bahwa Nike Ardila kini tenang tidur di sisi Tuhan.
Artis yang lakonnya sulit untuk diteladani tetapi diucapi dengan derajat setinggi itu (tidur di sisi Tuhan), menjadikan gerahnya para tokoh Islam. Tulisan itu khabarnya memang dibuat oleh orang yang kini ternyata terdaftar dalam Jaringan Islam Liberal tersebut. (Lihat Buku Hartono Ahmad Jaiz, Bahaya Islam Liberal, Pustaka Al-kautsar, 2002). Tulisan tanpa nama itu konon ditulis oleh Hmd Bsib temannya Ulil Abshar Abdalla pentolan liberal dan bahkan kemudian menggantikan kedudukan Ulil di JIL.

Pemuja artis dugem Nike Ardila yang “mengotori” Republika dengan tulisannya (tanpa nama) itu kini setelah jadi relawan orang yang kemudian jadi presiden maka dia diangkat jadi Komisaris Utama PT Balai Pustaka. (Disadari atau tidak, Republika yang sahamnya dari Umat Islam itu telah memelihara dan membesarkan orang yang menjadi pentolan liberal dan kemudian jadi komisaris utama PT Balai Pustaka, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang fungsinya untuk benteng kebudayaan dan peradaban umat manusia, kata orang. Agar manusia jadi liberal?)

Menyebarkan racun penyesatan

Dalam hal menyebarkan racun penyesatan, yakni faham pluralisme agama yang teah diharamkan MUI 2005, Republika tidak kapok pula. Justru memuat tulisan yang sangat menjerumuskan.

Ahmad Syafii Maarif mantan ketua Muhammadiyah menulis di rubrik resonansi di Harian Republika berjudul Hamka tentang Ayat 62 Al-Baqarah dan Ayat 69 Al-Maidah. (Republika, Selasa 21 November 2006/ 29 Syawal 1427H, halaman 12). Isinya untuk mendukung faham pluralisme agama, menyamakan semua agama, masuk surga semua. Maka kelanjutan dari tulisannya itu lebih menegaskan lagi, “Mereka rakus surga dan melakukan kekerasan teologis, joke saya, mereka akan masuk sendiri dan kelelahan nyapu surga yang luasnya tak terbatas.”

Ucapan pedas mantan ketua umum Muhammadiyah itu ditujukan kepada kaum Muslimin yang mengikuti aqidah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa yang masuk surga itu hanya orang Muslim.

Tulisan Syafii Maarif itu menjadikan Hamka sebagai tameng. Padahal Hamka dalam Tafsirnya, Al-Azhar juz 6 halaman 325, Hamka menegaskan: “Yang iman itu yang terbuka hatinya menerima wahyu yang dibawa oleh sekalian Nabi, sampai kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.”

Misalnya sampai Hamka pun berfaham model Syafii Maarif, –dan ternyata tidak–, tetap umat Islam harus merujuk kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Dan kenyataannya, dalam Hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, kalau seandainya Nabi Musa as hidup berjumpa dengan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam maka tidak ada kelonggaran kecuali ikut Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Siapa yang ikut Nabi Musa ‘alaihis salam, dan meninggalkan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam maka sesat.

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لو نزل موسى فاتبعتُموهُ وتركتُموني لضلَلْتُمْ ، أنا حظُّكم منَ النبيينَ . و أنتم حظي منَ الأمَمِ
الراوي : عبدالله بن الحارث | المحدث : الألباني | المصدر : صحيح الجامع

الصفحة أو الرقم: 5308 | خلاصة حكم المحدث : حسن

Seandainya Musa turun lalu kamu sekalian mengikutinya dan kalian meninggalkanku pasti kamu sekalian sesat. Saya adalah bagian kamu seklian dari nabi-nabi, dan kamu sekalian adalah bagianku dari umat-umat. (Shahiul Jami’, hadits hasan menurut Al-Albani/ dorar.net).

Juga ada hadits shahih, selain orang muslim maka tidak masuk surga, tempatnya di neraka.

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَنَّهُ قَالَ « وَالَّذِى نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لاَ يَسْمَعُ بِى أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الأُمَّةِ يَهُودِىٌّ وَلاَ نَصْرَانِىٌّ ثُمَّ يَمُوتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِى أُرْسِلْتُ بِهِ إِلاَّ كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ ».

‘An Abii Hurairota ‘an Rasuulillahi shallallahu ‘alaihi wa sallam annahu qoola: “Walladzii nafsi Muhammadin biyadihi, laa yasma’u bii ahadun min haadzihil Ummati Yahuudiyyun walaa nashrooniyyun tsumma yamuutu walam yu’min billadzii ursiltu bihii illaa kaana min ash-haabin naari.” (Muslim).

Diriwayatkan dari Abu Hurairah dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda: “Demi Dzat yang jiwa Muhammad ada di tanganNya, tidaklah seseorang dari Ummat ini yang mendengar (agama)ku, baik dia itu seorang Yahudi maupun Nasrani, kemudian dia mati dan belum beriman dengan apa yang aku diutus dengannya, kecuali dia termasuk penghuni neraka.” (Hadits Riwayat Muslim bab Wujubul Iimaan birisaalati nabiyyinaa shallallahu ‘alaihi wa sallam ilaa jamii’in naasi wa naskhul milal bimillatihi, wajibnya beriman kepada risalah nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam bagi seluruh manusia dan penghapusan agama-agama dengan agama beliau).

Terus dari mana Pak Ahmad Syafii Maarif mau berkilah bila berhadapan dengan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam kelak di akherat? Adakan mandat kepada Pak Ahmad Syafii Maarif untuk memasukkan surga orang-orang sekarang yang tak percaya kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, tak mengikuti Islam yang beliau bawa? Padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sudah sejelas itu dalam menggariskan surga dan neraka. Bagaimana mau menegakkan kepala di akherat kelak, ketika ingat di dunia telah moyoki Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai orang yang rakus surga dan akan kelelahan menyapu surga. Demikian pula umatnya yang mengikuti Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan baik, telah dipoyoki seperti itu. Lantas, apakah di akherat kelak akan dibagi surga oleh orang kafir yang telah Pak Ahmad Syafii Maarif iming-imingi masuk surga pula sebagaimana orang Muslim itu? Bukankah justru orang kafir akan menagih kepada Pak Syafii Maarif? Lantas dari mana mau membagi surga kepada mereka? Apakah ada mandat dari ayat maupun hadits sebagai counter ayat 6 surat Al-Bayyinah?

“Jualan syiah”

Muhyidin-Junaidi

Muhyiddin Junaidi

Yang lebih menyedihkan terutama bagi Ummat Islam Indonesia, di saat Ummat Islam (Sunni) dimusuhi oleh syi’ah di pusatnya di dunia yakni Iran, justru oknum MUI (Majelis Ulama Indonesia) Pusat berbangga bekerjasama dengan Iran dalam bidang riset/ penelitian (agama). Surat kabar yang mewawancarainya (Republika) pun tampak membeberkan dengan lantangnya.

Sebagian wawancara Republika dengan orang MUI, Muhyiddin Junaidi, sebagai berikut:

MUI telah mencoba melakukan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) dengan organisasi-organisasi Islam di luar negeri.

Beberapa waktu lalu, kami diundang ke Irak dan telah menandatangani kerja sama dengan Pusat Kajian Alquran di Irak yang berpusat di Karbala. Walaupun berbeda mazhab, kita ingin sama-sama sharing untuk meningkatkan metodologi hafalan Alquran. Kami bertemu dengan tokoh di Irak, baik Suni maupun Syiah. Bahkan, mereka sangat mengapresiasi kunjungan kita ke Irak di tengah-tengah situasi kemanan yang menurut berita internasional kurang kondusif.

Kita ingin menjalin kerja sama dengan umat Islam walaupun berbeda aliran/mazhab. Kita sadar bahwa musuh-musuh Islam selalu berupaya melemahkan Islam dengan mengadu domba antara Syiah dan Sunni. Kita tak mau itu terjadi. Syiah itu tak seperti Ahmadiyah karena Syiah adalah mazhab yang diakui dunia Islam.

(Pada bagian lain dikemukakan):

MUI juga akan melakukan riset bersama di Iran tentang peradaban Islam. Mereka bisa melakukan riset mengenai peran MUI dalam merekatkan ukhuwah Islamiyah dan ormas-ormas Islam di Indonesia. (Republika, KH Muhyiddin Junaidi MA, Umat Harus Waspadai Konspirasi Musuh, Minggu, 13 Februari 2011 pukul 11:47:00).

Anehnya, Muhyiddin Junaidi yang suaranya miring-miring ke syiah itu kini diangkat lagi jadi pengurus MUI periode 2015-2020. Maka muncullah tulisan  di nahimunkar.com agar sejumlah orang sesat dari liberal, LDII, dn pendukung syiah dikeluarkan dari MUI. https://www.nahimunkar.com/inilah-orang-orang-yang-selayaknya-dikeluarkan-dari-mui/

Republika dilabrak Annas (Aliansi Nasional Anti Syiah)

Belum lama ini Republika didatangi dan diprotes ANNAS (Aliansi Nasional Anti Syiah) karena koran yang didirikannya atas saham umat Islam itu justru menikam Islam dengan “jualan” syiah.

Menurut Ustadz Fahmi Salim dari MUI, Koran Republika, hari Ahad 8 November 2015 hal. 18 di rubrik Islam Digest, mengangkat kembali soal Taqrib (penyatuan) antara Sunni dan Syiah dengan judul Sunni dan Syiah Bersatu, Mungkinkah?

Sebenarnya, ide ini adalah gagasan usang yang terus diulang-ulang. Lanjut Ustadz Fahmi, ini adalah membuktikan gagasan itu sangat usang dan penulisnya tidak melihat perkembangan terbaru.

Tulisan itu hanya mengulang lagu lama Dr Quraish Shihab, cuma sedikit diupgrade menggunakan buku terbitan Libanon karya Prof Dr Musthafa ar-Rifa’i lewat kitab bertajukIslamuna fi at-Taufiq Baina as-Sunni wa asy-Syi’ah, sebab kalau mengacu ke buku Quraish Shihab maka para pembaca sudah paham gagasan yang sesungguhnya basi.

Hidayatullah.com memberitakan, – Terkait pemberitaan Koran Republika tentang Taqrib Sunni-Syiah yang dimuat pada Ahad (08/11/2015) lalu, Aliansi Nasional Anti Syiah (ANNAS) mendatangi kantor Republika untuk menyampaikan keberatannya terkait tulisan tersebut pada Senin, (09/11/2015).

Sekretaris ANNAS, Tardjono Abu Muas mengatakan Sunni dan Syiah sampai kapanpun tidak akan bisa bersatu, untuk itu pihaknya menyampaikan keberatan terkait tulisan Republikapada rubrik Islam Digest halaman 18 yang membahas soal upaya penyatuan Sunni-Syiah (Taqrib).

“Sehari setelahnya kita mendatangi kantor Republika terkait tulisan tersebut,” kata Tardjono saat dihubungihidayatullah.com, Rabu, (11/11/2015).

Pada pertemuan itu KH. Athian Ali, Ketua ANNAS Pusat, mengatakan bahwa persoalan Syiah bukan sekedar perbedaan madzhab, karena banyak ajaran-ajaran Syiah yang menyimpang. Sehingga menurutnya Syiah tidak sama dengan Sunni.

“Jadi, bukan sekadar perbedaan mazhab,” ujar Kiai Athian.

Selama ini Umat Islam menghadapi bahaya syiah dengan semakin banyaknya faktor yang mencuat di masyaakat. Di balik itu justru bahaya yang disuntikkan oleh media pendukung syiah diam-diam terasa juga bagi umat.
Axact

Axact

Vestibulum bibendum felis sit amet dolor auctor molestie. In dignissim eget nibh id dapibus. Fusce et suscipit orci. Aliquam sit amet urna lorem. Duis eu imperdiet nunc, non imperdiet libero.

Post A Comment:

0 comments: